FreshFromMyMind

Pelajaran hidup dari pak Diki!

Sebenarnya tulisan ini pernah saya publikasikan lewat notes di FB tanggal 16 November 2010 lalu. Saya pikir akan jauh lebih berguna bila di taruh di webblog ini. Selamat membaca kawan, smoga bermanfaat! 😎

Saat menunggu ban motor yang bocor sedang di tambal, tiba-tiba hujan deras datang menghampiri… Huuffttt… 😦

Saya melihat seorang bapak berperawakan besar dengan kumis dan jenggot tebal berlari sambil membawa celurit ke arah tempat saya berteduh. Dilihat sejenak mirip Osama Bin Laden! 😯 Bedanya bajunya kusut dan penuh lumpur serta menggunakan topi yang lusuh pula. Sempat terpikir “Gila! Jangan-jangan ini orang hendak ngamuk2 ke saya…

Hhhmmm… ternyata saya hanya berprasangka buruk, bpk tersebut juga ingin berteduh…

Untuk membuka suasana, saya menyapa beliau “Hujan deras nih pak…

Beliau lantas menjawab “Iya bang, padahal saya butuh rumput untuk makan ternak saya… Besok ternak-ternak tsb mau dijadikan kurban“.

Sambil menunggu hujan reda, kami terlibat percakapan. Pak Diki orangnya sederhana dan mungkin kalo dilihat kasat mata pastilah banyak orang akan menganggap dia ‘kampungan’ dan ‘tak berpendidikan’. Ternyata tidak kawan! Beliau punya wawasan yang cukup luas juga.

Pak Diki mulai bercerita ttg ekonomi, budaya, pendidikan, bahkan agama! 😯

Weleh-weleh…

Saat asyik mengobrol tiba-tiba pak Diki mengatakan: “Saya ini orang Islam bang! sejak kecil saya dididik secara Islam. Bahkan sejak nenek moyang saya semua sudah Islam” kemudian beliau melanjutkan, “Tapi saya sedih bang, Islam tidak lagi seperti dulu yang saya kenal“.

Saya pun bertanya “Maksud bapak?

Pak Diki menyahut “Contoh paling sederhana untuk hewan kurban bang, saya tidak pernah mau memberikan kepada panitia! Karna mereka tidak berlaku adil! Kalau lewat panitia biasanya tidak sampai kepada orang miskin, kalaupun sampai pasti sudah dipotong (maksud beliau sudah dikorupsi dikit)“.

Saya bertanya lagi “Lah, trus bagaimana dengan hewan kurban bapak?

Lantas beliau menjawab “Saya sembelih sendiri dan dipotong-potong kemudian saya antar sendiri ke tetangga-tetangga yang miskin. Dengan begitu, saya rasa mereka mendapatkan sesuai dengan yang diberikan“. Saya hanya bisa mengangguk kepala, pertanda setuju. 😀

Beliau pun bercerita masa kecilnya yang hidup dalam kesusahan, bahkan dia hidup dengan menumpang di rumah orang dari hari ke hari. Hingga saat ini dia sudah mempunyai 23 ekor sapi. 

Saya bilang “Wah, berarti bapak sekarang sudah kaya ya..?“, beliau menyahut “Tidak bang, saya berkecukupan!

Menurut pak Diki, apabila seseorang pernah merasakan bagaimana hidup menderita dan kekurangan, pastilah orang tersebut akan lebih menghargai orang yang miskin. “Hidup akan lebih indah ketika kita mau membantu sesama mas…” lanjut pak Diki.

Cerita kami berganti ke ranah politik. Pak Diki mengingatkan “Jangan suka menyalahkan pemerintah bang, lebih baik kita sama-sama intropeksi diri“. Percuma kita marah-marah ke Pemerintah padahal kita juga tidak mau berubah ke arah yang lebih baik. Pak Diki pun sempat menyinggung masalah penutupan ‘SEMBIR’; area prostitusi di pinggir Salatiga. Menurutnya itu merupakan langkah yang percuma. Bila ingin menutup praktek prostitusi seperti SEMBIR, pemerintah harus bisa menjamin ekonomi warga SEMBIR. “Kalau perut mereka kenyang, pastinya mereka tidak akan melacurkan diri“, sahut pak Diki. Saya hanya bisa senyum-senyum mendengar pidato singkat pak Diki yang menggebu-gebu! 🙂

Pak Diki mengatakan bahwa dia tidak pernah sekolah, hanya dia belajar dari kehidupan. Beliau sempat berpesan “Di sekolah formal kita hanya mendapatkan teori bang! Tapi di lapangan dan kehidupan nyata kita harus siap menghadapi kenyataan hidup, bukan hanya dengan teori!

Tidak terasa setelah hampir 45 menit mengobrol, hujan mulai reda. Ban sepeda motor yang tadinya bocor pun sudah selesai ditambal. Saya kemudian pamit kepada pak Diki sambil berterima kasih untuk obrolan hangatnya. Sebelum pulang pak Diki mengatakan “Saya punya suatu nasehat bang, janganlah bercermin pada Matahari! tetapi bercerminlah pada air. Bila bercermin pada matahari, kita tidak bisa melihat diri kita malahan merusak mata kita. Tapi bila kita bercermin pada air, kita bisa melihat diri kita!

Trimakasih pak Diki! untuk kuliah 3 SKS yang gratis 😀

Standard

4 thoughts on “Pelajaran hidup dari pak Diki!

Leave a reply to jalf Cancel reply